Sabtu, 05 November 2022

Teori - Teori Budaya


TEORI - TEORI BUDAYA


   Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari. Budaya merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari manusia, karena kebudayaan selalu dipengaruhi oleh dinamisasi manusia dari cipta, rasa, dan karsa. 

A. Budaya Sebagai Sistem Kognitif
    Antropologi kognitif disebut dengan “etnografi baru”, “ethnoscience”, “ethnographic semantics” . Pada dasarnya merupakan satu pengkajian terhadap sistem klasifikasi masyarakat setempat (folk classification). Dalam etnografi baru ini memandang budaya sebagai sistem pengetahuan, serta menganggap bahwa budaya terletak didalam pikiran. Menurut Ward Goodenough, Kebudayaan suatu masyarakat terdiri dari segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu fenomena material, ia tidak berdiri atas benda-benda, manusia,tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, model-model yang dimiliki manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan fenomena material di atas.

B. Budaya Sebagai Sistem Simbolik
    Budaya sebagai sistem simbolik yakni terdiri dari simbol-simbol, yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, tergantung pada persepsi seseorang dapat mengartikan makna dari simbol, oleh karena itu budaya dilihat dari symbol dan makna yang telah disepakati bersama. Pendekatan ini sangat erat kaitannya meskipun berbeda. Dalam pendekatan kognitif Amerika dan strukturalis Eropa yang telah dibicarakan sebelumnya, bahwa di daratan Eropa jalan ini telah dijelajahi oleh Louis Dumont.
    Pelopor yang paling menonjol adalah dua ahli antropologi pewaris tradisi Parsons yakni Clifford Geertz dan David Schneider. Geertz memandang budaya yang ditunjang satu aliran kemanusiaan yang luas, semakin lama makin menjadi sistematis. Geertz mengangggap pandangannya tentang budaya adalah semiotik. (studi tentang makna keputusan termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosi), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan komunikasi).
    Dalam pandangan budaya sebagai sistem simbolik memiliki pengertian di mana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya. Suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam sebuah bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan mengembangkan pengtahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan. Terakhir merupakan suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur perilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik.

C. Berikut Teori Budaya dari beberapa sumber buku

  • Menurut Tasmuji dkk (2011), budaya adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. 
  • Menurut Keesing (1989), budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang memrupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. 
  • Menurut Brisling (1990), budaya adalah cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan dan kegiatan. 
  • Menurut Soerjono (2009), budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat. 
  • Menurut Dewantara (1994), budaya adalah buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

D. Teori Evolusi

Teori evolusi dapat dikatakan sebagai induk dari semua teori dalam antropologi. secara tidak disadari baik emplisit maupun eksplisit oemikiran evolusionalisme mempengaruhi cara berfikir banyak ahli. ada dua situasi penting yang melatarbelakangi tulisan-tulisan para evolusionis pada abad ke-19 yaitu pergulatan kaum evolusionis untuk menegakkan suatu telaah naturalistik mengenai fenomena kultural, yang oleh Tylor disebut sebagai ilmu budaya. cara utama yang diharapkan evolusionis yaitu untuk menegakkan suatu ilmu yang menunjukkan dengan sejelas-jelasnya bahwa budaya telah berkembang setapak demi setapak dalam langkah-langkah alami.

E. Teori Difusi

Pada awalnya teori difusi ditunjukan untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian. tetapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi digunakan pada bidang-bidang lainnya secara lebih universal. teori difusi inovasi dari Everret M. Rogers kemudian diformulasikan dalam sebuah buku pada tahun  1962 berjudul “Diffusion of Innovations”, dimana dalam perkembangan selanjutnya menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, karakteristik inovasi, mengapa orang-orang mengadopsi inovasi, faktor- faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses diantara masyarakat. Difusi menekankan pada adanya persebaran (material dan non material) dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, dari satu orang ke orang yang lain, serta dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga kebudayaan itu sumbernya dari satu tempat yang kemudian berkembang dan menyebar ke tempat yang lain.

F. Teori Fungsionalisme

Fungsionalisme adalah penekanan dominan pada antropologi khususnya penelitian etnografis. Dalam fungsionalisme, kita harus mengeksplorasi ciri sistematik budaya yang artinya kita harus mengetahui bagaimana perkaitan antara institusi - institusi atau struktur - struktur  suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bukat.Para fungsionalisme menyatakan bahwa fungsionalisme merupakan teori tetang proses kultural. Fungsionalisme sebagai perspektif teoritik dalam antropologi yang bertumpu pada analogi dengan organisme , artinya ia membawa kita memikirkan sistem sosial -budaya sebagai semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak saling berhubungan melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup”organisme”. Dengan demikian  dasar penjelasan fungsionalisme ialah asumsi bahwa semua sistem budaya memiliki syarat – syarat fungsional tertentu untuk memungkinkan eksitensinya atau sistem buday memiliki kebutuhan (kebutuhan sosial ala Radcliffe Brown atau bilogis individual ala Malinowski) yang semuanya harus dipenuhi agar sistem itu dapat bertahan hidup. Apabila kebutuhan ssitem fungsionalis itu tidak dipenuhi maka sistem itu akan mengalami disintegrasi dan “mati” atau akan berubah mejadi sisitem lain yang berbeda jenis. Fungsionalisme didasarkan pada pandangan yang melebihkan aspek sosial dan melihat bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari sosialisasi yang menentukan seperti apa tindakan sosialnya.
  • Fungsionalisme menurut Malinowski memandang istitusi dalam masyarakat (keluarga, politik, pendidikan, analog dengan organisme, dan setiap organ terintegrasi serta saling bergantung)
Fungsionalisme tidak untuk mengetahui asal - usul serta perkembangan suatu pranata, tetapi melihat apa fungsinya dalam konteks kehidupan masyarakat.

G. Teori Struktural Fungsionalisme

Pernyataan parson mengenai teori fungsionalisme struktural yang cenderung berkonsentrasi pada struktur - struktur masyarakat dan hubungan mereka satu sama lain. Struktur – struktur itu dilihat saling mendukung dan cenderung ke arah keseimbangan dinamis. Penekanannya terletak pada cara pemeliharaan tatna antara berbagai unsur masyarakat. Parson tidak hanya memerhatikan sistem sosial dalam dirinya tetapi juga hubungan -hubungannya dengan sistem-sistem tindakan lainnya, khususnya sistem budaya dan kepribadian. Akan tetapi pandangan dasarnya mengenai hubungan-hubungan intersistemik yang sama dengan pandangan mengenai relasi-relasi intrasistemik, yakni mereka didefinisikan oleh kohesi, consensus, dan ketertiban. Dengan kata lain, struktur-struktur sosial yang beraneka ragam melaksanakan berbagai fungsi positif untuk satu sama lain.

Pandangan saya tentang Budaya

Budaya merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau masyarakat, budaya itu sendiri terbentuk berasal dari bahasa, adat istiadat, agama dan lain sebagainya. yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi. budaya tidak bisa terpisahkan dari diri manusia karena dengan adanya budaya kita sebagai manusia dapat merasakan suatu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan budaya itu sendiri. Di Indonesia ini banyak sekali budaya dan sangat beraneka ragam, kita dapat menerapkan budaya sesuai dengan kebiasaan masyarakat dari daerah kita masing-masing. dan dapat mempelajari budaya lain sebagai tambahan wawasan.

Referensi: 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musik & Lagu Daerah Budaya Lokal

Seni Musik & Lagu Daerah Budaya Lokal (Jawa Barat)   I. Pengertian Musik Daerah & Lagu Daerah 1.1   Musik Daerah merupakan suatu...