Minggu, 13 November 2022

Budaya Tarian Lokal (Jawa Barat)

 Budaya Tarian Lokal (Jawa Barat)

  • Pengertian Tarian Daerah

    Tari merupakan sebuah seni yang dilakukan dengan menggerakkan tubuh dengan iringan irama yang dilakukan ditempat dan pada waktu tertentu. Menurut pendapat para ahli, tari merupakan sebuah gerak tubuh yang selaras dan seirama yang dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu. Sedangkan tari daerah merupakan suatu daerah yang berasal atau terbentuk dari masyarakat di daerah tertentu. Tarian daerah ini bersifat turun-temurun dan sudah menjadi budaya yang terus dilestarikan oleh masyarakat sekitar sebagai warisan nenek moyang.

    Tari tradisional atau tari daerah memiliki ciri-ciri tertentu untuk mudah dipahami. Tari tradisional banyak dikembangkan dan dilestarikan secara turun-temurun dan menjadi warisan budaya nenek moyang. Kebanyakan tarian tradisional selalu diiringi dengan menggunakan musik tradisional pula. Selain diiringi dengan musik tradisional setempat, tari daerah biasanya menggunakan pakaian daerah pula. Jika dilihat dari ciri-cirinya, tarian tradisional memiliki beberapa jenis tertentu. Yang pertama adalah tarian klasik. Tarian ini telah lahir dari masyarakat dan berkembang sejak zaman feodal dan diwariskan melalui kalangan masyarakat bangsawan.

    

  • Fungsi Tarian Daerah
  1. Sebagai Sarana Upacara
  2. Sebagai Sarana Hiburan
  3. Sebagai Sarana Penyaluran Terapi
  4. Sebagai Sarana Pendidikan
  5. Sebagai Sarana Pertunjukan
  6. Sebagai Sarana Katartis

  • Sejarah & Asal Tari Jaipong dari (Jawa Barat)

    Tari Jaipong merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari daerah Karawang, Jawa Barat. Tarian ini berkembang di era tahun 1960 an. Awalnya tari ini dikenal masyarakat dengan nama Tari Banjet. Sebuah pertunjukan kesenian tari yang ditampilkan dengan gerakan tari dan diiringi alunan musik berupa instrumen gamelan. Dulu tarian ini dijadikan sebagai hiburan bagi masyarakat. Tarian jaipong adalah sebuah inovasi yang dibuat oleh seorang seniman yang berasal dari daerah Karawang bernama H. Suanda. Haji Suanda merupakan salah satu seniman berbakat yang berasal dari daerah Karawang. Beliau mempunyai bakat yang luar biasa. Serta memiliki keahlian menguasai sejumlah kesenian tradisional Indonesia dari berbagai daerah, Terutamanya daerah Karawang. Beberapa kesenian daerah yang dikuasainya diantaranya yaitu Wayang Golek, Pencak Silat, Ketuk Tilu, dan Topeng Banjet. 
    Kemudian, H. Suanda membuat sebuah inovasi. Beliau menciptakan inovasi berupa menggabungkan beberapa macam tarian yang dikuasainya menjadi satu. Tarian tersebut terdiri dari Tari Banjet, Tari Pencak Silat, Tari Ketuk Tilu, Tari Wayang Golek, dan Tari Topeng. Hasil dari pencampuran tersebut yakni munculnya sebuah karya seni daerah yang unik dan digemari oleh masyarakat.Pada saat pertunjukan kesenian daerah tersebut digelar belum diberikan nama tari jaipong. Iringan musik yang dipakai dalam pementasan itu menggunakan alat musik yang diantaranya adalah Gen g, Degung, Gong, dan alat musik yang diketuk lainnya. Perpaduan berbagai jenis alat musik tersebut melahirkan sebuah musik pengiring tarian menjadi sangat energik dan unik. Selain iringan alat musik, pada setiap pementasan kesenian tari ini juga diiringi oleh nyanyian dari seorang sinden. Kemudian dari pertunjukan tersebut, menarik perhatian dari seorang seniman yang berasal dari daerah Sunda bernama Gugum Gumbira untuk mempelajarinya. Kala itu Gugum Gumbira sudah lihai pada tarian ini. Lalu, beliau menyusun ulang semua gerakan pada tarian itu, hingga akhirnya terciptalah sebuah tarian bernama Jaipong. Pada sejak itulah, tarian ini mulai diperkenalkan oleh masyarakat Bandung. Sementara, jika dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Tari Jaipong diciptakan oleh dua orang seniman yang berasal dari Karawang dan Bandung bernama H. Suanda dan Gugum Gumbira pada tahun 1975.Perhatian H. Suanda dan Gugum Gumbira terhadap kesenian tari daerah dengan salah satunya yaitu tari ketuk tilu tersebut, membuat kedua seniman ingin mengenal, dan memahami mengenai perbendaharaan pola gerak tari tradisi yang terdapat pada Bajidoran/ Kelingan atau Ketuk Tilu. 
    Pola gerak tari terdiri dari gerak bukaan, pencugan, nibakeun, dan sejumlah variasi gerak mincid. Dari beberapa gerak pada kesenian tari ketuk tilu tersebutlah, memberikan Suanda dan Gugum inspirasi guna mengembangkan kesenian tari yang saat ini dikenal dengan nama Tari Jaipong. Sampai sekarang ini, meskipun mulai banyaknya hiburan modern yang muncul, kesenian tari Jaipong akan selalu digemari dan menjadi salah satu hiburan yang menarik bagi warga. Tarian Jaipong ini mengalami perkembangan yang cukup pesat di tahun 1979. Perkembangan itu, diantaranya adalah pementasan, dan properti yang dipakai oleh penari yang memainkan tarian ini. Dari situlah, membuat tari jaipong dikenal oleh seluruh masyarakat yang berada di wilayah Jawa Barat. Contohnya yaitu daerah Sukabumi, Cianjur, sampai dengan Bogor. Bahkan masyarakat yang berasal dari luar Jawa Barat juga mulai mengenalnya.

  • Pola Gerakan Tari Jaipong 

    Tari Jaipong mempunyai pola gerakan yang cukup penting saat penari mementaskan tarian itu di atas panggung. Pola gerakan pada seni tari ini memiliki pengaruh yang cukup besar pada penampilan penari saat mereka sedang tampil di atas panggung.Penari jaipong akan melakukan gerakan tari dengan sangat enerjik, dan unik tetapi tetap terkesan sederhana. Meskipun melakukan gerakan sederhana, tarian ini tetap memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Sehingga banyak dari masyarakat menyukai, dan meminati tarian ini. Lalu, Apa saja pola gerakan Tari Jaipong. Berikut adalah 4 gerakan pada tarian jaipong: 

1. Bukaan
Gerakan tarian jaipong yang pertama ini yaitu gerakan bukaan. Gerakan ini adalah gerakan pembuka ketika melakukan pertunjukan hendak dimulai. Pada umumnya, para penari melakukan gerakan dengan cara berjalan memutar, dan sembari memainkan selendang yang dikalungkan pada leher penari. Penari melakukan gerakan bukaan ini dengan lemah gemulai. Agar mampu menarik perhatian dari para penonton yang menyaksikan pementasan tari jaipong.

2. Pencungan

Gerakan Tari Jaipong yang selanjutnya yaitu gerak pencungan. Gerakan ini adalah gerakan tari yang memiliki tempo yang cukup cepat dengan diiringi alunan musik dan lagu yang juga cukup cepat pula. Gerakan ini juga dibawakan penari dengan gerakan yang penuh semangat. Oleh karena itu, gerakan pencungan tersebut mampu membuat para penonton terbawa suasana, dan menikmati tarian jaipong ini.

3. Ngala
Gerakan tarian jaipong yang ketiga ini yaitu gerakan ngala. Gerakan ini adalah gerak patah-patah. Gerakan tersebut merupakan perpindahan dari titik ke titik selanjutnya, dan dilakukan dengan menggunakan tempo yang sangat cepat. Gerakan Ngala ini menjadi salah satu gerakan yang membuat keunikan tersendiri bagi tarian jaipong.

4. Mincit

Gerakan terakhir dari Tari Jaipong ini adalah Mincit. Gerakan ini merupakan perpindahan dari satu variasi gerakan variasi gerakan lainnya. Gerakan Mincit ini dilakukan oleh penari setelah para penari melakukan gerakan Ngala. Jika kamu menonton pementasan tari Jaipong secara langsung maupun dari televisi maka kamu akan memahaminya. Selain pola gerakan diatas, terdapat juga gerakan dasar yang juga memiliki pengaruh ketika memainkan tarian jaipong. Tak hanya itu saja, gerakan dasar ini juga perlu dikuasai sebagai gerakan dasar dan panduan secara keseluruhan gerak tari ketika memainkan tarian jaipong. Pada umumnya gerakan dasar tersebut terbagi menjadi 3 bagian. Apa saja itu? Mari simak penjelasan berikut ini. Geol merupakan gerak yang berfokus pada daerah pinggul.Gitek merupakan gerak dengan cara mengayunkan pinggul dengan disertai hentakan.Goyang merupakan gerak pada bagian pinggul yang dilakukan dengan tidak memakai hentakan.

  • Ciri Khas Tari Jaipong

    Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang tak hanya kaya akan hasil bumi saja, tetapi juga kaya akan kebudayaan. Mulai dari bidang seni sastra, seni tari, seni rupa berupa seni rupa terapan dan seni rupa murni, seni bangunan, seni musik dan lain sebagainya. Dari keberagaman kesenian tradisional yang sangatlah beragam tersebut, tentunya tiap kesenian itu memiliki masing-masing ciri khasnya tersendiri. Dengan salah satunya kesenian tari berasal dari Jawa Barat yaitu tari Jaipong. Tarian ini mempunyai ciri khas khususnya pada tarian jaipong gaya kaleran. Diantaranya yaitu humanism, keceriaan, semangat, erotisme, kesederhanaan, dan spontanitas. Ciri khas tarian jaipong tersebut dapat tercermin pada penyajian tariannya. Terdapat pemberian pola atau yang disebut juga dengan nama ibing pola. Ibing pola umumnya dibawakan oleh seorang penari tunggal atau dikenal dengan nama Sinden Tatandakan. Seorang sinden yang tidak bisa menyanyi tetapi menarikan lagu sinden atau istilah yaitu Juru Kawih. Misalnya pada seni tari jaipong yang berkembang di wilayah Bandung. Tak hanya itu, iringan alat musik berupa Dengung tersebut membawa suasana menjadi ceria. Maka tak heran, jika banyak orang yang ikut menari ketika melihat pementasan ini.

  • Makna dan Perkembangan Tari Jaipong

Seperti yang telah diketahui bahwa setiap jenis kesenian daerah tentunya mempunyai makna dan nilainya tersendiri yang diangkatnya, serupa halnya dengan tarian jaipong. Setiap gerakan yang terdapat pada tari jaipong mempunyai nilai dan makna sendiri. Berikut adalah beberapa makna dari masing-masing gerakan pada tarian jaipong.

1. Gerakan Cingeus

Gerakan pertama ini bernama Gerakan Cingeus. Gerakan tersebut merupakan gerakan pada tari Jaipong dengan cara menggerakkan bagian kepala, dan bagian tubuh secara luwes. Makna dari gerakan ini adalah sebagai bentuk representasi dari keluwesan serta kecekatan seorang perempuan dalam menapaki jejak kehidupan.

2. Gerakan Kaki

Gerakan yang kedua ini adalah gerakan kaki. Pada gerakan kaki dibagi menjadi beberapa variasi. Diantaranya yaitu gerak minced, gerak Depok, dan gerak sonteng. Dalam gerakan kaki pada tarian jaipong mempunyai makna mengenai kegesitan, serta sifat adaptif wanita Sunda ketika menjalani kehidupan sehari-hari.

3. Gerakan Meliuk

Gerakan yang ketiga ini bernama Gerakan Meliuk. Gerakan ini merupakan suatu gerakan meliuk yang dilakukan oleh penari jaipong dengan cara meliuk-liukan bagian tubuh sesuai dengan tempo yang ada pada alunan musik pengiringnya. Gerakan Meliuk merupakan sebuah representasi dari sifat fleksibel yang dipunyai oleh seorang wanita Sunda ketika menghadapi masalah kehidupan.

4. Gerakan Ngagaleong

Gerakan selanjutnya ini bernama Gerakan Ngagaleong. Gerakan tersebut merupakan suatu gerakan dengan lebih menonjolkan gerak-gerik pada mata, Nantinya, para penari itu akan memainkan sorot matanya yang tajam pada sebuah objek tertentu. Makna dari gerakan Ngagaleong ini yaitu wanita harus dapat berani dalam menyuarakan pendapat dan bisa melakukan komunikasi secara baik.

5. Gerakan Variasi

Gerakan yang terakhir bernama Gerakan Variasi. Gerakan ini merupakan gerakan yang dilakukan dengan cara menyesuaikan tempo, dan dinamika alunan musik pengiringnya. Serta gerakan bisa diawali dengan tempo lambat lalu berubah menjadi tempo cepat atau sebaliknya. Makna Gerakan ini yaitu sebagai representasikan sifat yang tidak menjemukkan dan lebih bisa untuk membaur pada segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupanya. Selain makna gerakan diatas, terdapat juga makna tari Jaipong. Pada biasanya, gerakan pada tarian Jaipong memberikan gambaran mengenai wanita Sunda sekarang ini yang tidak pantang menyerah, dan energik, berani, ramah, genit, lincah, mandiri dan bertanggung jawab, namun tetap santun. Hal itu secara langsung bisa mengubah stereotip lama mengenai wanita sunda yang berparas cantik namun malas. Wajah cantik dengan lekuk tubuh yang indah tersebut adalah aset yang berharga sehingga menjadi daya tarik yang selalu ditonjolkan dari para penari Jaipong. Dari situ tersirat lah sebuah pesan yaitu bahwa di balik kelembutan, dan keanggunan dari wanita Sunda, terdapat juga keinginan untuk menjadi diri sendiri dengan tidak terhambat oleh sudut pandang orang lain. 

Tarian Jaipong juga memiliki arti bahwa wanita tak harus selalu dinilai hanya dari luarnya saja yang didasarkan pada stereotip budaya lama yang sudah melekat pada masyarakat wilayah Indonesia. Pada perkembangannya, Tari Jaipong melahirkan seorang para penari yang lihai atau handal. Diantaranya yaitu Yeti Mamat, Tatit Saleh, Pepen Dedi Kirniadi, dan Eli Somali. Tarian ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi para pegiat seni, guna lebih sungguh-sungguh dalam memperkenalkan tarian daerah yang kurang mendapatkan perhatian masyarakat. Dari situlah, kini Tari Jaipong mulai dikenal, dan menjadi populer. Dengan kepopuleran tersebut, saat ini banyak bermunculan sanggar-sanggar tari yang mengajarkan kesenian tari dengan salah satunya yaitu tarian jaipong. Sekarang Tari Jaipong memiliki ciri khas atau gaya lain yang dikenal dengan istilah kaleran. Tarian jaipong gaya ini mempunyai gerakan semangat, erotis, spontanitas, humoris, dan lebih sederhana. Hal itu bisa dilihat dari pola penyajian ketika pertunjukan tari. Pola tersebut serupa dengan Ibing Pola yang terkenal di wilayah Bandung, dan Ibing Saka yang tanpa pola yang berkembang di wilayah Karawang dan Subang. Gaya baru tersebut dinamakan dengan nama Tari Jaipong gaya kaleran. Pada sekarang ini tarian jaipong dikenal sebagai salah satu kesenian tari yang berasal dari Jawa Barat. Walaupun faktanya, tarian ini berasal dari daerah Karawang. Pada biasanya, tari jaipong dipentaskan pada beberapa acara penting. Misalnya penyambutan tamu besar yang datang berkunjung ke daerah Jawa Barat, ataupun lain sebagainya. Tarian Jaipong juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesenian daerah di Jawa Barat. Diantaranya yaitu Genjring, Terbangan, Wayang Dengung, dan lain sebagainya. Tak hanya sampai disitu saja, tarian ini juga pernah dikolaborasikan dengan musik dangdut modern oleh seorang yang bernama Leni dan Mr. Nur yang lalu dikenal sebagai Pong Dut. Selain tari jaipong, di tahun 1980 dan 1990 an Gugum Gumbira juga mengembangkan ke dalam jenis tarian lainnya, Seperti Tari Kuntul Mangut, Setra Sari, Rawayan, Toka-toka, Seonteng, Iring-iring Daun Puring, Pencug, dan Kawung Anten. Demikian adalah beberapa pembahasan mengenai sejarah tari jaipong, pola gerakan tari jaipong, ciri khas tari jaipong, makna dan perkembangan tari jaipong. Semoga penjelasan diatas dapat menambah wawasan baru untuk anda mengenai Tari jaipong.

Referensi:
  • Tari Jaipong: Budaya, Sejarah dan Asal Tari Jaipong. Gramedia.com. Diakses 13 November 2022, dari https://www.gramedia.com/literasi/tari-jaipong/   
  • Proses Tarian Daerah. 17 Mei 2020. belajargiat.id. Diakses 13 November 2022, dari  https://belajargiat.id/definisi-contoh-tarian-daerah/

Minggu, 06 November 2022

Seni Gambar dan Lukis Budaya Lokal (Jawa Barat)

 Seni Gambar dan Lukis Budaya Lokal (Jawa Barat)

.

  • Seni lukis merupakan cabang ilmu seni rupa yang diwujudkan melalui karya dua dimensi dengan media kanvas atau permukaan datar lain. Media untuk seni lukis biasa diisi oleh unsur-unsur pokok garis dan warna hasil dari permainan cat atau pewarna dan pembubuh gambar lainnya. Hasil dari seni lukis dapat memuat representasi terkait alam seperti potret manusia, hewan, tumbuhan, bahkan pemandangan. Seni lukis juga dapat menggambarkan gambar-gambar abstrak yang merupakan penyederhanaan bentuk alam. Pengertian seni lukis ada bermacam-macam, menurut Soedarso Sp, melukis merupakan kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan datar dari objek tiga dimensi dengan tujuan mendapatkan kesan tertentu.
  • Secara umum pengertian menggambar adalah kegiatan menorehkan pensil ataupun pewarna di atas media kertas. Sedangkan pengertian secara khusus, menggambar adalah kegiatan-kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat dengan membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan media dengan mengolah goresan dari alat gambar. Gambar merupakan karya seni rupa dua dimensi yang berfungsi untuk untuk menerangkan ataupun menjelaskan sesuatu. Alam semesta merupakan sumber inspirasi objek yang tidak akan habis untuk digambar. Objek di alam itu bisa meliputi, flora, fauna, dan alam benda. Keindahan flora, fauna, dan alam benda menjadi sumber inspirasi dan eksplorasi tersendiri dalam menggambar. Menggambar flora, fauna, atau alam benda memiliki teknik dan cara masing-masing. Tidak semua bentuk dapat dibuat dengan teknik dan konsep yang sama.

Seni Lukis Kaca - Cirebon



    Seni lukis kaca yang ada di Kabupaten Cirebon, diperkirakan mulai ada sekitar abad ke-18, ketika Sultan membuat lambing kebesaran keraton Cirebon. Lambing itu berbentuk Harimau (macan) yang dilukis bertuliskan huruf Arab (kaligrafi) di atas selembar kaca bening. Lambing keraton Cirebon itu dikenal dengan sebutan “Macan Ali”. Keindahan lukisan pada kaca tersebut membuat seniman Cirebon lainnya mengembangkan di luar keraton pada kira-kira abad ke-19. Pada awalnya seni lukis kaca di luar keraton Cirebon terdapat pada sandaran kursi dan kaca-kaca jendela/pintu kemudian berkembang pada obyek lukisan yang bernafaskan Islam, seperti Ka’bah, masjid, dan buroq. Bahkan lukisan semacam itu oleh masyarakat pedesaan disebut figura (lukisan berbingkai). Baru pada abad ke-20 seni lukis kaca mulai berkembang dengan teknis pengerjaan yang lebih baik. Sasaran yang menjadi obyek lukisannya seperti wayang kulit, dan kaligrafi (Syahadat, ayat kursi, orang sedang shalat, dan sebagainya).

Seni Gambar Batik - Cirebon

Sejarah batik Cirebon pada jaman dulu merupakan percampuran antara budaya dalam masyarakat dengan tradisi religius, yaitu pada jaman Sunan Gunung Jati pada abad 16 ketika menyebarkan ajaran Islam di Cirebon. Menurut sejarahnya, awal mulanya berkembang nya batik cirebon yaitu dulunya berawal dari Pelabuhan Muara Jati (kini disebut Cirebon) dijadikan tempat persinggahan oleh para pedagang asing seperti dari, Arab, Tiongkok, India dan Persia. Para pedagang tersebut ini akhirnya menciptakan percampuran beragam budaya dan menghasilkan banyak tradisi baru diantaranya adalah batik Cirebon. Batik Trusmi misalnya adalah merupakan karya dari seorang pemuka agama Islam, yaitu bernama Ki Buyut Trusmi. Dulu pada mulanya Ki Buyut Trusmi bersama dengan Sunan Gunung Jati, menyebarkan Agama Islam khususnya di kawasan desa Trusmi. Mereka selain mengajarkan agama Islam, mereka juga mengajari ketrampilan membatik kepada penduduk setempat, hingga akhirnya kini kawasan Desa Trusmi ini dikenal dengan Kampung Batik. Salah satu motif batik Cirebon adalah motif batik mega mendung, yaitu motif batik cirebon yang banyak dipengaruhi kebudayaan china. Motif batik cirebon mega mendung ini memiliki ciri khas yaitu bentuk garis-garis awan yang berbentuk lonjong, lancip dan segitiga yang berbeda dengan garis awan motif China yang umumnya berbentuk bulatan.

Kesimpulan : seni merupakan salah satu warisan dari leluhur yang harus kita jaga dan kembangkan selalu. seni juga memiliki banyak fungsi seperti dari sudut agama,pendidikan.sampai saat ini seni merupakan media yang semakin berkembang sehingga menjadi bermacam-macam seni. saya harap seni budaya lokal contohnya pada seni gambar dan lukis budaya lokal ini selalu berkembang dan dijaga oleh masyarakatnya.


Referensi:

1.https://www.gramedia.com/literasi/seni-lukis/  

2.https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/gambar%20flora,fauna,benda-Tiur/Pengertian-Menggambar.html   

3. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/seni-lukis-kaca-cirebon/ 

4. https://pusakapusaka.com/karya-seni-khas-cirebon.html 


 









Sabtu, 05 November 2022

Teori - Teori Budaya


TEORI - TEORI BUDAYA


   Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari. Budaya merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari manusia, karena kebudayaan selalu dipengaruhi oleh dinamisasi manusia dari cipta, rasa, dan karsa. 

A. Budaya Sebagai Sistem Kognitif
    Antropologi kognitif disebut dengan “etnografi baru”, “ethnoscience”, “ethnographic semantics” . Pada dasarnya merupakan satu pengkajian terhadap sistem klasifikasi masyarakat setempat (folk classification). Dalam etnografi baru ini memandang budaya sebagai sistem pengetahuan, serta menganggap bahwa budaya terletak didalam pikiran. Menurut Ward Goodenough, Kebudayaan suatu masyarakat terdiri dari segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu fenomena material, ia tidak berdiri atas benda-benda, manusia,tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, model-model yang dimiliki manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan fenomena material di atas.

B. Budaya Sebagai Sistem Simbolik
    Budaya sebagai sistem simbolik yakni terdiri dari simbol-simbol, yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, tergantung pada persepsi seseorang dapat mengartikan makna dari simbol, oleh karena itu budaya dilihat dari symbol dan makna yang telah disepakati bersama. Pendekatan ini sangat erat kaitannya meskipun berbeda. Dalam pendekatan kognitif Amerika dan strukturalis Eropa yang telah dibicarakan sebelumnya, bahwa di daratan Eropa jalan ini telah dijelajahi oleh Louis Dumont.
    Pelopor yang paling menonjol adalah dua ahli antropologi pewaris tradisi Parsons yakni Clifford Geertz dan David Schneider. Geertz memandang budaya yang ditunjang satu aliran kemanusiaan yang luas, semakin lama makin menjadi sistematis. Geertz mengangggap pandangannya tentang budaya adalah semiotik. (studi tentang makna keputusan termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosi), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna dan komunikasi).
    Dalam pandangan budaya sebagai sistem simbolik memiliki pengertian di mana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya. Suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam sebuah bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan mengembangkan pengtahuan dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan. Terakhir merupakan suatu kumpulan peralatan simbolik untuk mengatur perilaku, sumber informasi yang ekstrasomatik.

C. Berikut Teori Budaya dari beberapa sumber buku

  • Menurut Tasmuji dkk (2011), budaya adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. 
  • Menurut Keesing (1989), budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang memrupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. 
  • Menurut Brisling (1990), budaya adalah cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan dan kegiatan. 
  • Menurut Soerjono (2009), budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat. 
  • Menurut Dewantara (1994), budaya adalah buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

D. Teori Evolusi

Teori evolusi dapat dikatakan sebagai induk dari semua teori dalam antropologi. secara tidak disadari baik emplisit maupun eksplisit oemikiran evolusionalisme mempengaruhi cara berfikir banyak ahli. ada dua situasi penting yang melatarbelakangi tulisan-tulisan para evolusionis pada abad ke-19 yaitu pergulatan kaum evolusionis untuk menegakkan suatu telaah naturalistik mengenai fenomena kultural, yang oleh Tylor disebut sebagai ilmu budaya. cara utama yang diharapkan evolusionis yaitu untuk menegakkan suatu ilmu yang menunjukkan dengan sejelas-jelasnya bahwa budaya telah berkembang setapak demi setapak dalam langkah-langkah alami.

E. Teori Difusi

Pada awalnya teori difusi ditunjukan untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian. tetapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi digunakan pada bidang-bidang lainnya secara lebih universal. teori difusi inovasi dari Everret M. Rogers kemudian diformulasikan dalam sebuah buku pada tahun  1962 berjudul “Diffusion of Innovations”, dimana dalam perkembangan selanjutnya menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, karakteristik inovasi, mengapa orang-orang mengadopsi inovasi, faktor- faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses diantara masyarakat. Difusi menekankan pada adanya persebaran (material dan non material) dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, dari satu orang ke orang yang lain, serta dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga kebudayaan itu sumbernya dari satu tempat yang kemudian berkembang dan menyebar ke tempat yang lain.

F. Teori Fungsionalisme

Fungsionalisme adalah penekanan dominan pada antropologi khususnya penelitian etnografis. Dalam fungsionalisme, kita harus mengeksplorasi ciri sistematik budaya yang artinya kita harus mengetahui bagaimana perkaitan antara institusi - institusi atau struktur - struktur  suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bukat.Para fungsionalisme menyatakan bahwa fungsionalisme merupakan teori tetang proses kultural. Fungsionalisme sebagai perspektif teoritik dalam antropologi yang bertumpu pada analogi dengan organisme , artinya ia membawa kita memikirkan sistem sosial -budaya sebagai semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak saling berhubungan melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup”organisme”. Dengan demikian  dasar penjelasan fungsionalisme ialah asumsi bahwa semua sistem budaya memiliki syarat – syarat fungsional tertentu untuk memungkinkan eksitensinya atau sistem buday memiliki kebutuhan (kebutuhan sosial ala Radcliffe Brown atau bilogis individual ala Malinowski) yang semuanya harus dipenuhi agar sistem itu dapat bertahan hidup. Apabila kebutuhan ssitem fungsionalis itu tidak dipenuhi maka sistem itu akan mengalami disintegrasi dan “mati” atau akan berubah mejadi sisitem lain yang berbeda jenis. Fungsionalisme didasarkan pada pandangan yang melebihkan aspek sosial dan melihat bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari sosialisasi yang menentukan seperti apa tindakan sosialnya.
  • Fungsionalisme menurut Malinowski memandang istitusi dalam masyarakat (keluarga, politik, pendidikan, analog dengan organisme, dan setiap organ terintegrasi serta saling bergantung)
Fungsionalisme tidak untuk mengetahui asal - usul serta perkembangan suatu pranata, tetapi melihat apa fungsinya dalam konteks kehidupan masyarakat.

G. Teori Struktural Fungsionalisme

Pernyataan parson mengenai teori fungsionalisme struktural yang cenderung berkonsentrasi pada struktur - struktur masyarakat dan hubungan mereka satu sama lain. Struktur – struktur itu dilihat saling mendukung dan cenderung ke arah keseimbangan dinamis. Penekanannya terletak pada cara pemeliharaan tatna antara berbagai unsur masyarakat. Parson tidak hanya memerhatikan sistem sosial dalam dirinya tetapi juga hubungan -hubungannya dengan sistem-sistem tindakan lainnya, khususnya sistem budaya dan kepribadian. Akan tetapi pandangan dasarnya mengenai hubungan-hubungan intersistemik yang sama dengan pandangan mengenai relasi-relasi intrasistemik, yakni mereka didefinisikan oleh kohesi, consensus, dan ketertiban. Dengan kata lain, struktur-struktur sosial yang beraneka ragam melaksanakan berbagai fungsi positif untuk satu sama lain.

Pandangan saya tentang Budaya

Budaya merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau masyarakat, budaya itu sendiri terbentuk berasal dari bahasa, adat istiadat, agama dan lain sebagainya. yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi. budaya tidak bisa terpisahkan dari diri manusia karena dengan adanya budaya kita sebagai manusia dapat merasakan suatu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan budaya itu sendiri. Di Indonesia ini banyak sekali budaya dan sangat beraneka ragam, kita dapat menerapkan budaya sesuai dengan kebiasaan masyarakat dari daerah kita masing-masing. dan dapat mempelajari budaya lain sebagai tambahan wawasan.

Referensi: 


Musik & Lagu Daerah Budaya Lokal

Seni Musik & Lagu Daerah Budaya Lokal (Jawa Barat)   I. Pengertian Musik Daerah & Lagu Daerah 1.1   Musik Daerah merupakan suatu...